Pada tulisan
saya kali ini akan membahas tentang Senjata Marga Lampung, yang mungkin baru
kali ini rekan rekan ketahui. Pada dasarnya memang senjata ini bukanlah Senjata
Tradisonal Lampung dan tidak tersebar luas pula di kalangan masyarakat lampung.
Akan tetapi senjata ini adalah senjata Setitik Darah yang menjadi pegangan
Marga kami. Oh ya, akan saya jelaskan sedikit marga apakah itu..?
Lampung memang
terdiri dari Lampung Saibatin dan Lampung Pupadun, akan tetapi jika di telusuri
lebih dalam masih banyak turunan atau marga di dalam Lampung Saibatin maupun
Lampung Pupadun. Pada tulisan saya kali ini akan fokus pada Lampung Saibatin,
karena kebetulan saya adalah Keturunan Lampung Saibatin. Karena fokus saya
dalam tulisan ini adalah mengenai Senjata jadi akan saya fokuskan ke pembahasan
tersebut.
Lampung Saibatin
berada dibeberapa daerah yang kini sudah banyak yang di pecah karena pemekaran
wilayah, akan tetapi masih ada wilayah
Lampung Saibatin yang sampai saat ini masih memegang erat yang namanya
Keratuan. Saya kurang paham juga mengenai keratuan pada marga kami tapi
berdasarkan informasi yang saya ketahui bahwa Marga kami menginduk pada
Keratuan Ratu darah Putih dari Lampung Selatan . Ya memang pada masa sebelum
pemekaran daerah kami masuk kedalam Kabupaten Lampung Selatan dan kini menjadi
Kabupaten Pesawaran. Letak kami berada di Teluk Lampung yaitu di Kecamatan
Marga Punduh (Dahulu Punduh Pidada) Kabupaten Pesawaran. Baiklah, Langsung saja
ketopik pembahasan..!!?
Sebelum saya
melanjutkan tulisan ini, saya ucapkan Kilu Mahappun Jama Pekhatin kham, ki wat
salahni anjak tulisanku Hinji. Marga Punduh (Dulunya Punduh Pedada)
memiliki suatu Senjata yang menjadi pegangan pemuka Adat maupun Marga Punduh tersebut.
Senjata tersebut biasa beberapa tokoh menyebutnyaBamban Punduh / Temiang Punduh / Buluh Punduh , semua penyebutan
sama saja karena memang senjata itu terbuat dari bilah bambu. Pada jaman dahulu
memang senjata ini sangat memeiliki arti bagi Marga kami, selain sebagai
senjata perlindungan diri senjata ini juga memiliki kekuatan yang menjadi
legenda di Tanah Punduh. Tulisan ini saya kutip dari perbincangan saya dengan
Tamong (Kakek) saya bernama Husin dan (Alak)Paman saya bernama Asyim, Bamban Punduh bukan seperti senjata
tradisional lampung pada umumnya seperti Badik,
Laduk, Payan, dan Tombak . akan tetapi senjata Bamban Punduh ini, selain Tajam namun juga terdapat isi atau Khodam
pada bilahnya. Apa isi khodam
tersebut..? saya tidak tahu pasti mengenai isinya tapi yang dapat saya jelaskan
adalah bahwa Bamban Punduh ini
memiliki Racun yang sangat mematikan pada bilahnya, menurut cerita kakek saya
semakin ada orang yang mencela,mengejak, atau menghina senjata tersebut maka
kekuatannya akan berkali lipat. Karena, senjata tersebut sangat berbahaya, jadi
tidak semua Marga memilikinya apalagi memang tidak mudah mendapatkan Senjata
tersebut. Berdasarkan cerita dari Paman saya mereka mendapatkan Senjata itu
dari rumpun bambu yang berada di suatu tempat yang biasa Marga kami menyebutnya
SU,A atau Pematang SU,A letaknya di
Sanggi Tengah, Arah Tambak Amos Kecamatan Marga Punduh.
Cara Memegang Bamban Punduh Ketika di Padu dengan Silat Lampung (Husin salah satu Pemilik bamban Punduh yang Berumur 44 Tahun ) |
Sejarah senjata
ini terdapat beberapa versi tapi yang pasti bahwasannya senjata ini adalah
terbuat dari racun. Berdasarkan cerita kakek saya pada jaman Pekhatin kami
dahulu (Orang Jaman Dulu) ada seseorang ahli racun dari Kalianda (Lampung
Selatan) dan marga adat sekitar yaitu Marga Punduh. Konon katanya mereka beradu
kekuatan Ilmu menggunakan kekuatan racun tersebut, akan tetapi pendatang dari
kalianda tersebut mengalami kekalahan karena racunnya masih bisa terkalahkan
oleh Maga Kami, sehingga pada masa itu kedua racun tersebut di buang ke tempat
hutan belantara yang disebut dengan pematang SU’A. hingga beberapa tahun kemudian ada Warga yang
menemukan kelompok Gajah yang mati di daerah hutan tersebut sehingga di
ketahuilah bahwa di dalam hutan itu terdapat Buluh atau Temiang yaitu Rumpunan Bambu yang memiliki kekuatan racun
dan penakluk segala jenis khodam lainnya. Sehingga dari saat itu Marga sekitar
mengambil dan menyimpan senjata tersebut.
Untuk
mendapatkan senjata ini tidak mudah, karena berdasarkan cerita masyarakat
sendiri ada beberapa ritual yang harus dilakukan sebelum mengambilnya.
Dikarenakan dari banyaknya rumpunan bambu tersebut berkemungkinan hanya ada
satu pohon saja yang memiliki kekuatan tersebut. Pada tahap proses pengambilan
Senjata Temiang Punduh ini salah satunya adalah mengambil di malam Jum’at , dan
pada saat akan mengambilnyapun harus seseorang yang memeiliki hati yang tenang
dan ikhlas karena Allah S.W.T tidak bisa dengan niatan yang Jahat, jika dengan
niatan yang jahat maka Temiang itu tidak akan terlihat. Dalam pengambilannyapun
harus minimal dua orang untuk memotong sisi atas dan sisi bawah supaya khodam
tidak lepas. Ciri ciri Temiang yang
berisi kekuatan tersebut ditandai dengan warna bambu yang menyala pada
bilahnya, dan warna tersebut naik turun dari pucuk ke akar dan terus seperti
itu. Oleh karena itu perlu dua orang untuk mengambilnya ketika warna tersebut berada
ditengah maka segeralah dipotong oleh orang dua tersebut satu dari sisi pucuk
dan satu dari sisi akar, sehingga sinar warna berada di tengah dan kekuatan
akan tersimpan pada Temiang yang kita ambil tersebut.
Setelah
melakukan proses pengambilan Senjata Temiang, itu masih dalam bentuk bambu pada
umumnya seperti bambu yang berukuran diameter 2-3 cm . dari hasil pengambilan
tersebut biasanya masyrakat menghias atau mengukir senjata tersebut layaknya
suatu senjata tradisional seperti jenis Badik, Lading, Keris dan Tombak.
Sehingga dijadikanlah senjata ini sebagai senjata perlindunagn diri pada marga
kami atau disebut dengan Bamban Punduh atau
Temiang Punduh yang mana kekuatannya
mampu membunuh lawan hanya dengan Setitik Darah saja.
Dari hasil
pertanyaan saya kepada kakek mengenai kemampuan uji senjata ini tidak
dipungkiri lagi memang memiliki kekuatan yang supranatural tinggi. Beliau
bercerita bahwa pernah ada seorang perantau dari Marga Way Lima yang ingin menguji kekuatan kebal badan dan ilmunya
dengan datang ke Marga Punduhdengan
magsud ingin menguji kekuatannya pada Temiang tersebut, akan tetapi baru saja
Temiang itu di tempelkan pada tangan perantau tersebut, sang perantaupun
mengatakan tidak sanggup karena rasa dari senjata itu saja ketika di temple pada
tangan sudah sangat panas dan membuat hatinya berdegup kencang. Sehingga
mengatakanlah perantau tersebut mengakui kekuatan Temiang Punduh. Masih Terdapat beberapa cerita lainnya yang
berkaitan dengan Temiang Punduh ini
yaitu pernah ditantang dengan Marga
Pedada bahwa Temiang Punduh itu
adalah palsu atau kebohongan belaka, sehingga masyarakat Marga Punduh yang
mendengar omongan tersebut Geram dan menantang kembali siapa yang mau
mengujinya jika tidak percaya, akhirnya disepakatilah perjanjian antara 2 Marga
tersebut dibuktika dengan seekor kambing yang di gores dibagian telinganya, dan
apa yang terjadi pada kambing itu baru saja beberapa detik kambing tersebut
langsung tergeletak dan mati ditempat. Sehingga percayalah Marga Pedada bahwa Marga
Punduh memiliki Senjata Temiang atau
Bamban Punduhyang mematikan.
Pada masa
ketenaran Senjata Bamban tersebut hampir setiap pemuda Marga Punduh memilikinya
dan terbukti tidak ada yang berani menyentuh masyarakat setempat, apalagi ada
penjahat seperti rampok atau maling maka
masyarakat malah membukakan pintu agar maling tersebut masuk dan merasakan keberanianMarga Punduh dan Senjata Temiang Punduhyang melindunginya.
Seiring dengan
berkembangnya jaman kini senjata itu sudah menjadi warisan Pekhatin kami
(Leluhur), dikarenakan rumpunan hutan bambu yang dulu belantara kini telah
diubah menjadi Perusahaan Tambak, sehingga tidak ada yang tersisa baik jenis
rumpun atau pohon bambu itu sendiri. Akan tetapi masyarakat pribumi setempat
masih terdapat beberapa yang menyimpan senjata Temiang Punduh tersebut hingga
kini. Salah satunya adalah kakek saya bernama Husin beliau dahulunya adalah
seorang pencari Temiang Punduh dimana beliau memiliki satu jenis Temiang/Bamban
Punduh yang di ambilnya pada tahun 1955 mungkin jika dihitung Senjata tersebut
sudah berumur 41 Tahun dan bisa kita bayangkan apakah bambu tersebut lapuk atau
dimakan hama, maka jawabnnya tidak sama sekali. Karena saya melihatnya sendiri
bahwa senjata itu masih utuh dan belum ada perubahan sama sekali dari awal pengambilannya
dari masa kakek masih remaja. Dan untuk pemilik dari Bamban Punduh ini kini
mulai sedikit karena memang beberapa Marga Kami banyak yang merantau sehingga
beberapa orang membawa sertanya senjata itu.
Yang menjadi
benak dan fikiran saya adalah siapa yang akan meneruskan atau menjaga senjata
ini, untuk menjadi senjata khas perlindungan Marga Punduh. Karena menginagat
senjata ini sangat berbahaya jadi tidak sembarangan orang diizinkan untuk
memilikinya. Bahkan kini senjata ini dicari dan dibandrol hingga 5 Juta lebih
untuk 1 buah senjatanya. Dan kakek saya tidak pernah mau menjualnya karena itu
akan menjadi senjata turun temurun kepada keturunannya. Dan saat ini di
Kecamatan Marga Punduh masih beberapa orang saja yng mempunyai senjata ini.
Terima kasih,
itulah sedikit tulisan saya mengenai senjata khas Marga Punduh – Lampung
Saibatin, kami memegang senjata ini bukan karena kami sok jago atau kami
menantang akan tetapi kami memiliki senjata ini untuk melindungi orang orang
yang kami sayangi, mengalah dan menunduk adalah sifat Marga kami akan tetapi
jangan sesekali kalian megusik harga diri kami maka imbalannya adalah harga mati.
0 Komentar untuk "Senjata Lampung " Bamban Punduh " Marga Punduh"